Sebelum mulai, silakan baca tulisan tentang 30 Jam di Atas Laut Jawa terlebih dahulu untuk tahu ihwal keberadaan saya di Samata.
***
Hari masih awal, jam tujuh pagi ketika saya bangun. Matahari bungah di timur. Nato dan Nina—burung merpati kipas peliharaan Kebun Tentangga—beserta kawanannya, berkerumun mematuk-matuk pakan yang baru saja ditebar Syukron. Saya berjalan melintasi kerumunan tanpa mengganggu, dari rumah yang saya tempati menuju rumah utama yang didiami Syukron sekeluarga. Di dapur, tanpa ragu pula saya menyeduh kopi lalu duduk di ambin kayu di teras depan rumah. Ya, menyesap kopi adalah hal wajib yang saya lakukan untuk mengalami pagi yang sempurna. Suatu ritme yang tidak bisa diganggu, seperti Nina dan Nato yang harus diberi makan. Asap kopi yang mengepul dan sesap demi sesapnya adalah nyawa pertama, dan saya akan menikmati pagi hanya dengan kopi; tidak akan melakukan apa-apa selain melamun, sampai gelas tandas dan nyawa siap lepas landas.