Membawa Pulang Restu dari Sumbing

Malam jatuh. Pagi tumbuh. Desa Butuh, Kaliangkrik, Magelang, tak begitu ramai. Kata orang, desa ini tak banyak dipilih oleh para pendaki. Salah satu penyebabnya, barangkali, akses yang sulit dijangkau dengan transportasi umum. Namun, musabab sepi itulah, saya bersama Yanu, Arni, Galang, dan Alif, memilih desa ini sebagai pintu rimba memasuki hutan Gunung Sumbing.

Seminggu tepat lepas perbincangan sore di Kebun Buku, kami berada di kaki Sumbing. Agak aneh. Di usia yang bukan lagi duapuluh, dalam waktu setengah tahun, saya melakukan tiga pendakian yang tidak dirancang lama: Lawu, Arjuno, dan kali ini Sumbing. Dua yang terakhir, bahkan tidak lebih dari seminggu. Padahal saya pernah berujar pada diri sendiri, tidak akan sembarangan mendaki. Tapi hari ini sungguh berbeda dari yang terucap. Saya merasa, ketika memutuskan mengulur jarak, mengapa gunung malah menarik untuk kembali. read more