Menulis adalah kegemaran yang saya lakukan sejak duduk di bangku SMP. Jika ditanya musabab saya suka menulis, saya tidak tahu. Saya remaja merasa hanya ingin mengeluarkan keluh kesah harian di sebuah buku kecil.
Beranjak dewasa, saya yang juga suka melakukan perjalanan, merasa pengalaman rasa yang didapat di jalan perlu dikisahkan melalui tulisan, agar bisa dibaca dan dirasa oleh orang lain.
Kini, saya menyadari bahwa menulis adalah jalan spiritual. Saya merasakan hening yang nikmat ketika sedang menulis. Saya bisa melihat lebih dalam dan mendengar lebih jelas. Menulis adalah jalan keluar ketika mulut tak kuasa mengucap.
Karya yang perdah terbit di antaranya: Rumah Betang, Jantungnya Suku Dayak (Kompas.com, Mei 2011), Persisan Anta Tuan (Kumpulan Catatan Perjalanan Antologi Rumah Adalah di Mana Pun) (Grasindo, 2014), dan ‘Kan Kulipat Jarak Itu (Kumpulan Puisi Antologi Rindu), Lomba Cipta Puisi Nasional 2.
Karya novel pertama saya berjudul Mandara, yang diterbitkan pada April 2020 dan telah mengakhiri kontraknya dua tahun berselang. Mandara berkisah tentang sebuah perjalanan spiritual untuk mencari air suci, Tirta Amerta, yang berada di kaki Gunung Semeru. Air suci yang kemudian digunakan untuk melarung dosa-dosa masa lalu yang dilakukan oleh leluhurnya.
Bersama Mandara, juga akan diterbitkan novel kedua yang diberi judul Sagara. Sebuah buku catatan perjalanan, yang menceritakan kisah orang-orang terbuang dan yang dianggap penjahat oleh negara. Kisah yang kemudian menggiring sebuah petualangan, bukan sebatas mencari makam keluarga, melainkan suatu laku pencarian jati diri.
Nantikan kelahirannya.
Tabik.
Perempuan Banyu