Desa Itu Bernama Sukasari (2)

Setelah semalam akhirnya tidur nyenyak (tidur hangat di dalam rumah dengan sleeping bed), kami bangun subuh, mempersiapkan mengikuti kegiatan warga memetik teh. Setengah enam kami sudah siap di depan rumah, melihat wajah-wajah ayu dengan menggendong bakul rotan besar dengan sepatu boot. Pakaiannya warna-warni menambah ceria wajah mereka, penuh semangat. Ketika saya menuruni dan menyusuri desa, tampak seorang ibu memoles wajahnya dengan bedak dan gincu. Konon, pemetik yang didominasi oleh perempuan diwajibkan dandan untuk memikat para mandor dan tertarik dijadikan istri. Oleh sebab itu, kebanyakan dari wajah mereka seperti wajah londo, memerah, karena keturunan Belanda. Tapi secara logika, kenapa perempuan karena memiliki sifat ketelitian yang melebih laki-laki, terutama untuk teh yang baru pertama kali dipetik. Lalu pada petikan kedua dan seterusnya , laki-laki diperbolahkan ikut memetik. read more