Sembuh Sekali Lagi di Gunung Gede

“Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi, dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya.”

—Pramoedya Ananta Toer—

***

Ini hari Minggu. Mentari malu-malu menyibakkan malai-malai edelweiss yang bergerak menari, membentuk bayang-bayang di balik tenda. Suara orang berbincang sederhana di luar, berusaha mencari kehangatan dari kopi pagi hari. Di dalam kantung tidur, saya sekuat tenaga meluruskan kaki yang linu luar biasa. Meregangkan otot-otot yang sejak kemarin bekerja keras. Masih di Surya Kencana, di awal Juli. read more

Bunga Senduro di Surya Kencana

Take nothing but picture.

Leave nothing but foot print.

Kill nothing but time.

-Baltimore Grotto Org.-

Kata orang, Surya Kencana dan Mandalawangi adalah rumah terakhir untuk senduro. Di Bromo, bunga itu sudah punah. Habis dimakan oleh tangan-tangan jahil manusia yang memetik dan menaruhnya di pot dan diletakkan pada sudut rumah. Ia juga pernah menjadi pengganti mawar sebagai lambang keabadian cinta. Rumahmu bukan rumahnya. Maka, jangan pernah memetik senduro. Biarkan ia mekar abadi di rumahnya sendiri, di Surya Kencana. read more

Menang Sekali Lagi di Gili Labak

DSC09107-01

BYURR! Air laut menyembur, membasahi tubuh kami—saya dan Bulan— yang duduk di haluan kapal. Segala gawai kami simpan di dalam tas, yang juga basah, secara bergegas. Air laut bisa merusak lebih ganas. “Duduk di belakang saja, Mbak,” ucap Mas Ian, kapten kapal kami. Ia melanjutkan “Ombaknya sudah mulai besar.” Bulan bergegas berjalan ke belakang kapal sedangkan saya hanya mampu mengesot mundur seraya menarik tas perlahan. Kapal mulai oleng.

***

Pagi ini, kami dalam penyeberangan menuju Gili Labak. Pulau yang dihuni oleh tigapuluh Kepala Keluarga itu berada di sebelah Timur Pulau Madura, masuk dalam Kabupaten Sumenep. Sudah sejak semalam kami tiba di Sumenep, setelah melalui perjalanan darat yang melelahkan. Ada beberapa pelabuhan di Sumenep yang melayani penyeberangan menuju Gili Labak, seperti Pelabuhan Kalianget, Desa Lobuk, Tanjung, dan Desa Kombang. Kami memilih Pelabuhan Kalianget. read more

Bromo dan Fantasi Tanah Utara

IMG_20180522_084016_HDR-01

Di lembah ini, semua terlihat sempurna. Bukit hijau tua menyambut langit yang biru muda dengan awan putih di bagian ujungnya. Di bawah, savana pasir hitam dan ilalang kekuningan, dihiasi dengan bunga ungu di beberapa malainya. Ini bulan Mei, katanya, waktu yang tepat untuk melihat Nusantara lebih dekat.

***

Bromo pagi ini masih berkabut. Pasir hitam itu hanya berteman dengan putih awan. Wewarnaan hanya pada kain-kain sanggah di sudut-sudut suci. Pak Sudar masih melajukan mobil dengan beringas. Tidak peduli dengan liukan serta jalan yang licin oleh sirat kabut yang jatuh pada aspal. read more

Rumah Itu Bernama Jogjakarta

Rumah Itu Bernama Jogjakarta 1

“Barangsiapa tidak berani, dia tidak bakal menang”, itulah semboyanku! Maju! Semua harus dilakukan dan dimulai dengan berani! Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia. (Pramoedya Ananta Toer, 2002:181)

Surat yang bertarikh 6 November 1989, ditulis oleh Raden Adjeng Kartini kepada salah satu sahabat penanya, Stella Zeehandelaar. Surat itu kemudian dikutip Pram dalam buku Panggil Aku Kartini Saja. Dalam surat itu, R.A Kartini menceritakan kecintaannya pada bidang seni. Baginya, seni merupakan alat perjuangan bagi mereka-mereka yang tidak memiliki kebebasan. read more

Mengentas Jarak dengan Buddha di Sendangcoyo

“Aku adalah
anak-Buddha,”
(Pramoedya Ananta Toer, 2003:246)

Itulah
kalimat pertama yang ditulis Kartini di dalam suratnya kepada Nyonya Abendanon,
tarikh 27 Oktober 1902. Suratnya kali itu menceritakan tentang masa kecilnya
yang seorang Pribumi, akhirnya bisa disembuhkan dari penyakit oleh orang kudus
Tionghoa, setelah beberapa kali mendatangkan tabib.

***

Dengan
ragu saya membuka gerbang besi. Merogoh grendel pintu sambil berusaha mencari
adakah seseorang yang bisa dijumpai. Sepi. Beberapa ekor anjing tenang berjalan
menghampiri tanpa gonggongan. Hanya ekor mereka mengibas menyambut tamu dengan
semangat. Sunyi. read more

Gadis Pantai di Pantai Amnesia

“Hari demi hari batinnya diisi derai ombak dan pandangannya oleh perahu-perahu yang berangkat di subuh hari pulang di siang atau sore hari, berlabuh di muara, menurunkan ikan tangkapan dan menunggu besok sampai kantor lelang buka.” (Pramoedya, 2013;11)

Matahari mulai condong ke sisi Timur Laut langit, ketika kami—saya dan seorang kenalan—sedikit menepi meninggalkan pusat kota. Sebelas kilometer timur Rembang, menyusuri jalan Pantura, saya menembus sebuah dimensi waktu, masuk ke sebuah masa ketika Gubernur Guntur memimpin dengan keji. Genosida yang terjadi dalam sebuah proyek pelebaran jalan Anyer – Panarukan. Jalan terbaik dan terpanjang di masanya, kuburan terluas di Pulau Jawa. Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. read more

Sejuta Senyuman Jl. Sumbawa No. 40 Blora

Kulonuwun.”

Pagar kayu berwarna hijau itu saya buka. Pagar yang kedua daun pintunya hanya terkait dengan tali plastik berwarna hitam. Tidak tampak ada orang, tapi pintu utama rumah terbuka. Saya memberanikan diri membuka kait tadi, sambil berharap tidak diteriaki maling. Berjalan dua langkah menuju area rumah, berbalik badan lalu mengembalikan pintu pagar seperti keadaan semula.

Di hadapan saya tampak sebuah rumah dengan halaman yang luas. Masuk ke area rumah ini, seperti kembali ke masa-masa perang. Membayangkan ada tiga anak laki-laki bermain kelereng; ayah asyik membaca koran di teras rumah; ibu menyulam, menikmati waktu santai. read more

Satu Hari di Semarang

Ini adalah perjalanan singkat saya mengitari kota Semarang. Dengan berjalan kaki saya mengitari Kota Lama dan berakhir di Lawang Sewu. Sama seperti kawasan Kota Tua Jakarta, Kota Lama banyak berdiri bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Belanda seperti Gereja Blenduk dan Gedung Jiwasraya.

Di samping itu, Semarang juga terus bergeliat dengan bangunan-bangunan modern untuk terus…

View On WordPress

Persisan Anta Tuan

Ini hari ketiga di Larantuka. Jumat 29 Maret 2013, tepat pada hari raya Jumat Agung, saya mengikuti satu dari banyaknya ritual Semana Santa di kota ujung timur pulau Flores. Tepat di depan Kapela Tuan Meninu, Kota Rewido, di bibir pantai saya bersama ribuan orang lainnya punya tujuan yang sama, yaitu melihat prosesi Persisan Anta Tuan. Persisan Anta Tuan adalah prosesi mengarak patung Yesus Wafat di Salib dengan menggunakan sampan. Arak-arakan dimulai dari Kapela Tuan Meninu menuju Armida Pohon Asam. Armada dalam bahasa Portugis adalah Ramida merupakan tempat pemberhentian dalam upacara Jalan Salib. Armida Pohon Asam tersebut terletak di depan istana Raja Larantuka, tepat berada di Pantai Kuce, Pohon Siri. read more