Aku benci ketika Mandara tak mengindahkan pintaku untuk tidak mengambil air sendiri di Sumber Mani.
Aku melihat kabut pekat yang dihuni oleh makhluk-makhluk tak beraga yang akan menjemputnya menuju alam kematian. Karena tempat itu adalah ruang transisi antara yang tampak dan tak tampak. Yang tampak bisa menjadi tak tampak. Yang tak nampak, bisa menampakkan dirinya.
Tak bisa kubayangkan nasib Mandara andai saja Prana tak cepat menggunakan intuisinya, lalu mengajak Arka untuk segera mencari. Dan andai saja arus bawah laut yang dimiliki Rara tak mereda ketika Mandara mengalami hipotermia di Ranu Kumbolo, barangkali Mandara tak terselamatkan.
Aku benci kejadian itu. Aku benci Mandara saat itu. Sadarkah ia atas semua kejadian yang menimpa karena ulahnya sendiri? Alam tak menginginkan yang tak seharusnya terjadi. Namun, aku sedikit berlega, karena Mandara meminum air yang dicurinya itu. Tidak mempergunakan untuk tujuannya mendaki Semeru. Itu yang menyelamatkannya. Namun perjalananannya belum selesai. Ia harus mencari seorang tua yang namanya sama dengan dirinya.
Gusayu Tawang Amurti