Menang Sekali Lagi di Gili Labak

DSC09107-01

BYURR! Air laut menyembur, membasahi tubuh kami—saya dan Bulan— yang duduk di haluan kapal. Segala gawai kami simpan di dalam tas, yang juga basah, secara bergegas. Air laut bisa merusak lebih ganas. “Duduk di belakang saja, Mbak,” ucap Mas Ian, kapten kapal kami. Ia melanjutkan “Ombaknya sudah mulai besar.” Bulan bergegas berjalan ke belakang kapal sedangkan saya hanya mampu mengesot mundur seraya menarik tas perlahan. Kapal mulai oleng.

***

Pagi ini, kami dalam penyeberangan menuju Gili Labak. Pulau yang dihuni oleh tigapuluh Kepala Keluarga itu berada di sebelah Timur Pulau Madura, masuk dalam Kabupaten Sumenep. Sudah sejak semalam kami tiba di Sumenep, setelah melalui perjalanan darat yang melelahkan. Ada beberapa pelabuhan di Sumenep yang melayani penyeberangan menuju Gili Labak, seperti Pelabuhan Kalianget, Desa Lobuk, Tanjung, dan Desa Kombang. Kami memilih Pelabuhan Kalianget. read more

Gadis Pantai di Pantai Amnesia

“Hari demi hari batinnya diisi derai ombak dan pandangannya oleh perahu-perahu yang berangkat di subuh hari pulang di siang atau sore hari, berlabuh di muara, menurunkan ikan tangkapan dan menunggu besok sampai kantor lelang buka.” (Pramoedya, 2013;11)

Matahari mulai condong ke sisi Timur Laut langit, ketika kami—saya dan seorang kenalan—sedikit menepi meninggalkan pusat kota. Sebelas kilometer timur Rembang, menyusuri jalan Pantura, saya menembus sebuah dimensi waktu, masuk ke sebuah masa ketika Gubernur Guntur memimpin dengan keji. Genosida yang terjadi dalam sebuah proyek pelebaran jalan Anyer – Panarukan. Jalan terbaik dan terpanjang di masanya, kuburan terluas di Pulau Jawa. Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. read more