Jam dua dini hari. Sejak mematikan lampu kamar jam sepuluh malam, saya masih saja terjaga. Nyeri tak tertahankan terasa pada kaki kanan. Saya sadar, butuh bantuan kali ini. Dari kamar lantai atas, saya menelepon Ika yang berada di kamar bawah. Tersambung, tapi tak terangkat. Saya mengaduh dan air mata mulai menetes. Namun beberapa saat, telepon saya berdering. Dari Ika.
“Punya obat anti nyeri enggak?” ucap saya tersedu-sedu, “kakinya sakit banget.”
Cerita bermula dari satu hari sebelumnya.