Belajar Bersama di Rumah Tantra

Siapa bilang renovasi rumah itu mudah? Percayalah, membuat gambar rancang bangun dari lahan kosong lebih melegakan hati perancang dari appaun juga, termasuk impian bisa mencapai Annapurna Base Camp. Subhanallah.

Merenovasi sebuah rumah itu lebih sulit dibandingkan membangun rumah dari nol. Pendapat ini mungkin disetujui oleh banyak pihak yang bergelut dalam dunia arsitektur dan tetek bengek pertukangan lain bahkan klien. Pasalnya, selain renovasi membuat seorang perancang dan pekerja bekerja lebih terbatas, juga tidak ada jaminan juga memerlukan biaya yang lebih sedikit dibandingkan dari nol. Renovasi rumah memerlukan pekerjaan pembongkaran terlebih dahulu sebelum mulai meletakkan cakar ayam, dan pembongkaran itu ribet lho. Yakin! Selain hal-hal desain lain yang akhirnya tidak bisa terkabul karena kondisi eksisting bangunan, terbentur masalah teknis.

Namun, bukan berarti saya melarang orang membeli rumah lalu merenovasi ya tidak juga. Bebas saja. Saya hanya memberi tahu kalau pekerjaan tidak akan sebebas pembangunan rumah dari nol. Gitu ganti, Major Tom.

Baik. Jadi begini.

Berawal dari chat Mas Yudhis—sapaan Bapak Yudhistira S Utama—tentang kedatangannya ke Yogyakarta demi menonton konser NKKBS Bagian Pertama dari band setengah mitos asal Yogyakarta Melancholic Bitch akhir 2017 lalu, beliau ingin berjumpa dengan saya untuk membicarakan rencananya memiliki hunian untuk keluarganya.

Terjadilah demikian.

Kami berjumpa di salah satu kedai kopi gaul Yogya, SUA, yang berada di bilangan Demangan Baru, dekat dengan kost saya zaman kuliah dulu yang pernah dilempar batu bata sama orang-orang yang mabuk di halaman parkiran kost.

Saya lupa, waktu itu, beliau sudah membeli rumah atau belum, tapi intinya beliau meminta jasa saya untuk merancang kembali rumah itu, karena ada beberapa kebutuhan tambahan yang perlu disediakan beserta desain yang sesuai dengan karakter.

Syedaappp!

Mas Yudhis, seperti halnya orang-orang yang ingin membangun rumah lainnya, menanyakan kepada saya berapa biaya yang diperlukan untuk pembangunan sebuah rumah.

Saya kemudian membantunya mendapatkan kisaran nominal berdasarkan luas bangunan. Saya juga menjawab pertanyaan beliau mengenai fee saya sebagai arsitek.

Saya ingat bagaimana reaksi beliau setelah tahu berapa nominal yang harus dikeluarkan untuk dapat membangun rumah yang diidamkan ditambah fee jasa saya. Matanya seperti Togog, mulutnya seperti Semar.

Syahdan, saya berkata kalau saya bisa menyesuaikan dengan budget-nya. Lalu mata dan mulutnya kembali seperti manusia biasa. Saya bilang, kalau saya sebenarnya punya misi mulia untuk memasyarakatkan arsitektur. Bahwa arsitektur itu bukan semata-mata desain bagus seperti yang bisa ditiru di Pinterest atau Instagram, melainkan mengajak orang untuk tidak menganggap menggunakan jasa arsitek itu pekerjaan yang buang-buang uang. Wah, mahal pakai jasa arsitek, nyomot di Pinterest saja jadi. Hey! Itu kenapa dapur bisa bentuknya begitu? Kenapa pakai material itu? Kenapa plafondnya bisa miring gitu? Kok rumahnya luas ya?

Mau tahu jawabannya?

YA KARENA ADA GAMBAR ARSITEKTURAL, MALIIIHH!

Emosi sayah.

Hehehe. Becanda ya.

Tahu enggak, berapa jarak yang baik antara kompor dan sink kalau ternyata dapur tidak bisa berbentuk letter L? Eh, tahu sink ‘kan? Sink ya bukan zink. Kalau zink ‘kan ketombe.

Tahu enggak berapa kebutuhan keramik untuk rumah seluas 100 M²? Tahu enggak, berapa kardus keramik buat 100 M². Tahu enggak total belanjaan keramik buat satu rumah? Tahu enggak cara masang dua keramik yang bagus biar nat-nya searah. Tahu nat enggak?

Tahu enggak kalau enggak semua rumah bisa pakai plafond miring? Bahwa desain dapur yang dilihat di Pinterest itu belum tentu bisa diterapkan di rumahmu. Tahu enggak jumlah anak tangga yang baik biar enggak capek naik tangga? Biar fengshuinya bagus. Tahu enggak ada yang namanya analisa kebutuhan dan sirkulasi ruang biar rumahnya terlihat luas? Tahu enggak, hah?

Lap iler.

Jadi, wahai manusia setengah dewa yang mudah menggampangkan sesuatu, seorang arsitek akan membantu anda memiliki rumah idaman. Jangan segan pakai jasa arsitek ya. Dengan senang hati saya akan kasih tahu dalam bundel-bundel kertas dan obrolan serius nan santai dengan gelas-gelas kopi syahdu.

Karena sejatinya, rumah adalah jati diri sendiri.

Singkat cerita, setelah proses perencanaan dan perancangan telah selesai dilakukan, tiba untuk saya untuk melakukan pengawasan proyek agar pembangunan rumah sejajar dengan desain. Kalaupun ada perubahan (pasti ada perubahan, karena desain akan disesuaikan dengan kondisi lapangan) pasti didahului dengan diskusi atau telah terkonfirmasi antar beberapa pihak yang bersangkutan.

Tiap minggunya saya pasti melakukan pengawasan proyek ke Bekasi. Sementara rumah saya di Cijantung. Nah, berhubung Mas Yudhis tinggal di Kalibata, kami sering janjian di tuh depan Warung Sampurna Jaya di bilangan Rawajati atau Soto Seger Mbok Giyem Pasar Minggu. Biasanya sih di Soto Seger itu soalnya sotonya benar-benar segar. Nah, dari situ kami akan bergegas menuju Bekasi. Pakai motor! Yes! Kami anak punk. Namun, saya juga sering disuruh naik GoCar kalau beliau ternyata tidak bisa ikut ke Bekasi atau sudah berada di Bekasi sejak malam sebelumnya. Yang terakhir ini saya sebal sekali karena Kemang Pratama itu kalau akhir minggu ya ampun macetnya. Mau ke mana sih orang-orang? Ditambah, saya tidak bisa mampir makan soto.

BAIK!

Proses pengawasan menjadi momen menyenangkan buat saya. Selain bisa menjalin relasi, juga bisa belajar banyak hal dari seorang pekerja. Karena di tangan mereka-mereka itulah gambar perancang bisa berubah menjadi produk nyata. Selama tidak ada pekerja, gambar seorang arsitek hanyalah sebuah khayalan, Kisanak.

Working class hero!

Uoopooo!

Coba perancang suruh ngecor. Yaelah, plesteran saja diinjek sama perancang soalnya tidak tahu kalau belum kering. Hahaha. Eh, tidak semua perancang begitu ya, hanya saya. Alhasil, di area rooftop rumah Mas Yudhis ada cap kaki saya. Hahaha.

HAHAHA

HA HA HA

Mas Yudhis juga sempat berkata kepada saya bahwa beliau tidak menyesal menggunakan jasa arsitek karena ada beberapa hal yang hanya bisa dikerjakan oleh arsitek, selain dirinya yang akhirnya paham mengenai istilah-istilah seperti kolom dan balok. Selama ini beliau hanya tahu ya kalau tiang yang berdiri itu namanya tiang, kalau yang tidur itu namanya tiang yang tidur.

Sebentar, tiang yang tidur?

Polisi tidur barangkali?

Bukan, tiang yang tidur.

Bodoamatan, Wid!

Beliau juga akhirnya paham bahwa dinding itu tidak bisa sembarangan dijebol karena ada kolomnya. Atau, oh ternyata granite tile itu ada yang produk Cina, Lokal, dan Vietnam. Oh, beda gitu ya tebalnya. Oh, ternyata kalau granite tile Lokal itu lebih presisi lho. Memudahkan pemasangan. Dia juga dengan bangga menceritakan antusiasnya menjalani proses renovasi rumah kepada teman-temannya dan memamerkan bundelan gambar-gambar saya, daftar belanja yang saya buat kepada teman-teman kantor.

“Ini tidak akan didapat kalau tidak menggunakan jasa arsitek, karena ini yang saya cari,” begitu kilahnya sambil mempergakan bagimana ia menunjuk bundelan gambar dan daftar belanjaan saya tadi.

#kikirkuku

#kukumacan

Jadi, kira-kira misi saya tercapai, meski tak sepenuhnya sempura, tapi mendekati. Karena kesempurnaan hanya miliki Dorce dan Andra and The Backbone dan Tuhan tidak perlu dibela.

Saya juga sangat menikmati proses pemilihan material dan keperluan rumah lainnya di toko material. Iya, saya mah gitu anaknya. Punya kesukaan window shopping di BJ Home ketimbang di emol apalagi di Indoma***. Mosok harga di display beda sama di kasir. Mana harga rokok bisa dua ribu lebih mahal. Saya juga tidak pernah memperbolehkan uang kembalian Rp 200 saya untuk disumbangkan. Never say never! Saya ‘kan anak kearifan lokal. Hidup toko kelontong!

Intinya sih, ya ampun, selain rasa bahagia bisa menikmati masakan ibunda dari Bu Reno, Ibu Ami yang tidak pernah salah dan Martabak Ronny di depan Mitra 10 Bekasi, saya senang banget bisa berada di tengah keramik-keramik lucu dan menggemaskan dan mencoba toilet-toilet, duduknya enak apa enggak, atau lihat pintu-pintu kamar mandi. Saya pun pernah dengan bangga memamerkan foto belanjaan sink—yang diikat di motor—ke Mas Yudhis, dengan hestek #anakproyekbelike

Ya, begitulah, saya mencintai pekerjaan saya. Saya pun senang bisa memperkenalkan dunia aristektur yang menyenangkan ini ke orang-orang yang saya kenal, agar mereka juga mengenal arsitektur, mengenal rumahnya.

Memasyarakatkan arsitektur dan mengarsitekturkan masyarakat. Karena sejatinya, arsitektur itu bukan semata desain, tapi pola pikir dan tata ruang.

Di tulisan ini, saya tidak akan mengulas mengenai analisa desain renovasi Rumah Kemang Pratama secara detail ya. Pokoknya ruangan belakang yang dulunya dapur itu jadi kamar asisten rumah tangga beserta tangga, dapur saya letakkan di samping, memiliki akses pintu samping, kamar mandi saya jebol sampai batas dinding biar luas.

Kamar utama saya perlebar untuk memenuhi kebutuhan ruangan pakaian dan menghilangkan salah satu dari dua kolom di ruang tamu yang cukup mengganggu.

Material keramik lantai keseluruhan menggunakan Niro Granite Faye Polish Nano 60 x 60 cm dan list wooden grc 10 cm. Meja dapur menggunakan Sandimas Raven Black 60 x 60 cm dan tegel motif 20 x 20 cm pada dinding.

Lantai teras menggunakan Roman 1G227251 DCERVIA 20 x 20 cm yang dipadukan dengan tegel motif 20 x 20 cm.

Kamar mandi menggunakan paduan Niro Granite Pozzo GPZ03 Mazena Grey 60 x 30 cm pada lantai, Habitat Glen Bianco White 60 x30 cm dan tegel motif 20 x 20 cm pada dinding.

Saya menggunakan konstruksi eksisting konstruksi atap dan plafond, hanya mengganti bahan dan material yang baru serta penambahan aksesoris kayu sebagai pemanis. Serta membuat lubang angin yang bisa berkolaborasi dengan plafond tinggi tadi untuk mendapatkan sirkulasi udara yang baik. Sementara pengecoran tangga dimulai dari bordes tangga pertama sampai lantai atas, sedangkan dari lantai bawah sampai bordes tangga pertama menggunakan kembali material bekas deck kayu eksisting.

Kira-kira seperti itulah gambaran mengenai proyek renovasi Rumah Kemang Pratama milik Pak Yudhis dan Bu Reno. Senang bisa bekerja sama dengan mareka. Jangan ragu menghubungi saya jika merencanakan memiliki rumah idaman. Saya merasa senang bisa mengajak kalian belajar bersama.

Salam rumah, salam lestari.

Riatmi Lestari*

 

Rumah Kemang Pratama

Klien

Bapak Yudhistira S Utama dan Ibu Reno D Hapsari

Lokasi

Kemang Pratama 2, Bekasi, Jawa Barat, Indonesia

Luas Tanah

110 M²

Luas Bangunan

109 M²

Tahun Pelaksanaan

2018

 

 

*Riatmi Lestari itu nama ibu saya. Bhikhikhik.

 

Leave a Reply to Anonymous Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *